Kuil Asakusa menjadi kawasan wisata yang banyak menarik kunjungan wisatawan dari sejumlah negara sepanjang musim. Beragam tradisi di kuil yang dipercaya membawa berkah kebaikan itu menjadi magnet utama yang menarik masyarakat untuk datang. Hal itu juga didukung oleh keberadaan pedagang cendera mata yang menjual barang dagangannya lebih murah daripada di kawasan lain.
Wisatawan yang datang ke Kuil Asakusa akan melewati beberapa bangunan. Ujung dari Jalan Nakamise ini adalah sebuah gerbang yang menjadi pintu masuk ke Kuil Sensoji, yaitu Hozomon Gate. Sebelum menuju kuil utama, pengunjung akan menemukan pancuran air suci dan tempat pembakaran dupa.
Ritual yang biasa dilakukan pengunjung sebelum berdoa di dalam kuil itu adalah bersuci di pancuran. Kemudian mereka membeli dupa dan membakarnya di tungku yang berada di depan tangga menuju bangunan utama. Tungku itu selalu dikerumuni orang dan dipenuhi arang yang menyala setiap saat.
Di tungku tersebut, warga berebut mengasapi diri dengan cara mengipas-ngipaskan asap ke badan atau meraup asap dengan tangan dan mengusapkannya ke muka sambil berdoa di depan Kuil Asakusa. Mereka percaya asap yang keluar dari tungku yang berada di halaman Kuil Asakusa itu bisa mengusir berbagai macam penyakit.
Sementara itu, di dalam bangunan utama, pengunjung akan menemukan tempat melempar batangan kayu untuk mengetahui peruntungan. Pengunjung akan mengocok wadah yang berisi batangan kayu untuk mendapatkan salah satu batangan kayu yang terlempar. Pengunjung lalu menuju sebuah lemari untuk mencari potongan kertas yang sesuai dengan angka pada batangan kayu yang terlempar itu. Di kertas itulah konon ramalan nasib orang tersebut tertulis.
Kuil Asakusa menjadi potret keabadian tradisi masyarakat Jepang. Jepang selalu dianggap sebagai model negara yang sukses menjalankan modernisasi sembari nguri-uri tradisi. Masyarakat Jepang menjadikan tradisi sebagai landasan kokoh bagi pengembangan modernisasi.
Source : travel.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar